Palestina dan Penyakit Kronis Kaum Muslimin Arab

Januari 18, 2009

“Sekiranya bangsa Arab memerangi suatu pasukan yang terdiri atas monyet-monyet, dengan perilaku dan cara seperti itu, niscaya mereka akan dipukul mundur oleh monyet-monyet itu”. (Islam yang Ditelantarkan, hal 201)

Kalimat pedas ini digoreskan oleh pena syaikh Muhammad al-Ghazaly, seorang ulama dan syaikh al-Azhar. Tajam dan menyakitkan, namun benar. Sekalipun tulisan itu mengomentari realitas bangsa Arab tahun 50-an saat menghadapi Yahudi, namun masih memiliki relevansi dengan realitas saat ini. Masih terasa kontekstual, terutama dalam melihat kelumpuhan bangsa Arab menghadapi merajalelanya pasukan Yahudi ke Gaza saat ini.

Dalam berbagai analisanya, syaikh al-Ghazali selalu mengingatkan, bahwa hilangnya Palestina dari tangan kaum muslimin, bukan diakibatkan oleh keperkasaan bangsa Yahudi ataupun kecerdikan sekutunya, tetapi disebabkan karena kaum muslimin, khususnya bangsa Arab, sebelumnya telah mencampakkan Islam. Mereka campakkan Islam, untuk kemudian mengibarkan panji kebangsaan Arabnya. Jadilah bangsa Arab terkotak-kotak dalam fanatisme kebangsaan yang sempit dan persatuan mereka pun tercabik-cabik oleh kepentingannya masing-masing.

Pada tahun 1956, dalam pertemuan Muktamar Alam Islami di Damaskus Suriah, yang membahas kekalahan negara-negara Arab menghadapi Yahudi, Muhammad Natsir bertanya dalam pertemuan tersebut, “Apa gerangan yang menjadi penyebab kekalahan itu, padahal kita bertujuh sedangkan mereka (Yahudi) satu?” Sekjen Alam Islami pun menjawab, “Justru karena kita “tujuh” itu, maka kita kalah!” (Majalah al-Mujtama,Edisi 3 tahun I hal 53).

Setelah Islam dilemparkan dari perjuangan kaum muslimin di Palestina, maka persatuan pun hilang. Sejarah pun berulang dalam bentuknya yang lain. Kini kita menyaksikan, bagaimana kaum muslimin dan mujahidin Palestina berjuang sendirian menghadapi kebrutalan Yahudi yang didukung penuh oleh kekuatan internasional. Sendirian. Fatah, yang mengaku dirinya sebagai pemerintah Palestina, berdiam diri menyaksikan rakyatnya dibantai. Tidak satu peluru pun yang ditembakkan tentara Palestina untuk membela rakyatnya sendiri. Mesir pun menyiagakan diri, negaranya dinyatakan darurat militer, bukan dalam upaya menghadapi Yahudi, tetapi untuk memberangus kekuatan Islam yang coba membantu bangsa Palestina, pintu perbatasan pun ditutup erat.

Jangan dulu mengecam kebiadaban Yahudi, atau melaknat kebengisan Amerika, karena masalahnya bukan terletak disana. Masalahnya ada dalam diri kita, kaum muslimin. Yahudi, Amerika dan kekuatan kufur lainnya, hanyalah sarang laba-laba. Jaringannya nampak kokoh dan rapih, namun sesungguhnya rapuh. Begitupula kekuatan Yahudi. Bercokolnya penjajah Yahudi di Palestina, sebagaimana dikatakan oleh syaikh al-Ghazali, bukanlah disebabkan oleh kegagahan tentara Yahudi, bukanpula karena kehebatan persenjataan mereka. Tetapi, lebih disebabkan oleh kedzaliman para penguasa Arab, kelemahan strategi dan kebuasan hawa nafsu mereka!

Hamas, Jihad Islam dan berbagai kelompok perlawanan Islam, membuktikan kebenaran analisa syaikh al-Ghazali. Setelah 2 tahun diboikot penuh, secara ekonomi maupun militer, mereka digempur habis dari darat, udara dan laut, dengan berbagai persenjataan berat dan canggih. Hingga minggu ke-3 ini, tidak ada tanda menyerah sedikitpun. Kita sekarang justru menyaksikan, kegagahan pasukan Yahudi dengan segala perlengkapannya itu, ternyata hanyalah mitos… mereka hanya terbukti gagah perkasa dalam urusan membantai anak-anak, bayi, wanita dan para orang tua.

Catatan-catatan syaikh al-Ghazali tentang masalah Palestina dan berbagai penyakit yang menyebabkan kehinaan yang menyelimuti bangsa Arab khususnya, dan kaum muslimin pada umumnya, masih sangat relevan dan konstektual. Analisa-analisanya akan membuka mata dan kesadaran kita, bahwa sesungguhnya masalah Palestina ada dalam diri kita, kaum muslimin. Manakala kita kembali pada ajaran kita, keberadaan Yahudi di Palestina pun hanyalah sebongkah kerikil yang mudah dibersihkan. Analisa-analisa tersebut insya Allah akan dipostingkan secara bertahap, dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat…

Tinggalkan komentar